14-10-2008

Kritisme Semu

Pada awal masa dakwah Shia, Alkaafy disifatkan sebagai kitab rujukan yang agung. Sebuah kitab rujukan yang hadis-hadis murni bersumber dari Ahlulbayt. Sehingga sangat jauh dari kekeliruan. Karena para Imam adalah manusia-manusia suci (ma’shum), jernih dari segala kesalahan. Masa itu adalah saat orang belum membaca dan mempertanyakan isi Alkaafy.

Tetapi setelah orang melihat isi kandungan Alkaafy, para penganut ideologi Shia berusaha mengubah image kitab rujukan mereka sendiri. Usaha tersebut cukup wajar dipandang sebagai pembelaan. Karena terlampau sulit untuk terus menerus menutupi hal-hal yang termuat dalam Alkaafy.

Term/ istilah yang terkenal sebagai defence penganut Shia terhadap Alkaafy adalah :

kami penganut Shia adalah orang-orang berpikiran kritis. Bahkan kitab Alkaafy sebagai rujukan pun kami kritisi. Kami mengakui memang ada beberapa hal dalam Alkaafy yang tidak bisa diterima.

Jika saja mereka benar-benar kritis dan serius mengakui “ ada beberapa hal dalam Alkafy yang tidak bisa diterima”, maka paling tidak ada tiga hal yang perlu mereka jabarkan :

1. Apa saja yang mereka maksud dengan “beberapa hal dalam Alkaafy yang tidak bisa diterima” itu?

Sebagai bentuk pengakuan bahwa mereka kritis, sudah seharusnya mereka menjabarkan hal-hal tersebut. Merinci apa-apa saja yang mereka klaim sebagai kesalahan-kesalahan dalam Alkaafy.

2. Berapa banyak yang mereka sebut sebagai “beberapa hal dalam Alkaafy yang tidak bisa diterima” ?

Itu tugas mereka membuat detailnya jika serius mengaku sebagai orang kritis. Orang sudah mencapai titik jenuh mendengar penganut Shia berbicara tentang kitab-kitab Ahlussunnah. Penganut Shia semestinya lebih confident mempresentasikan kitab-kitab rujukan utama mereka sendiri.

3. Setelah merinci apa dan berapa hal-hal dalam Alkaafy yang mereka akui unacceptable, sewajarnya mereka menyebutkan siapa yang bertanggung jawab atas kekeliruan-kekeliruan itu?

Jika serius mengakui bahwa ada kesalahan pada hadis-hadis dalam Alkaafy, paling tidak ada tiga pihak yang kemungkinan menjadi sumber kesalahan itu.

- Kemungkinan pertama, kesalahan ada pada penyusun Alkaafy. Yaitu Abu Ja’far Muhammad ibn Ya’kub ibn Ishaq al Kulainy. Jika memang kesalahan itu ada pada Alkulainy, maka Alkaafy terlalu riskan untuk dijadikan sebagai kitab rujukan. Karena si penyusun kitab yang menjadi pelaku kesalahan-kesalahan itu.

- Kemungkinan kedua, kesalahan ada pada sanad/ perawi hadis dalam Alkaafy. Jika kesalahan terletak pada perawi hadis dalam Alkaafy, maka asumsinya adalah mayoritas hadis dalam Alkaafy collapsed/ gugur. Sebab, sanad atau perawi hadis dalam Alkaafy relatif sama.

- Kemungkinan ketiga, kesalahan ada pada sumber hadis. Sangat sulit dipercaya jika penganut ideologi Shia menunjuk sumber hadis mereka (para Imam) bertanggung jawab atas kesalahan. Sebab ideologi Shia mempercayai bahwa para Imam adalah manusia suci (ma’shum), mempunyai ilmu lahir batin yang bisa mengetahui apa-apa yang telah lalu dan hal-hal yang akan datang. Tetapi mengingat keyakinan Shia Imamia tentang masalah Bada’, maka kemungkinan ketiga ini bisa tetap menjadi possibility.

Penganut Shia sebaiknya berhati-hati menjawab apa, berapa, dan siapa yang terlibat dalam “hal-hal yang tidak bisa diterima dalam Alkaafy”. Bagaimanapun keadaannya, Alkaafy adalah rujukan utama yang telah di-endorsed oleh jumhur ulama Shia, bahkan oleh Imam yang mereka yakini impossible berbuat salah (ma’shum). Akan terjadi timpang-tindih logika menghadapi tiga fakta :

1. Keyakinan Shia bahwa Imam adalah manusia suci yang bebas dari segala salah.

2. Keyakinan Shia bahwa Imam memberi testimoni dan endorsement (pengesahan)

terhadap Alkaafy

3. Komentar penganut Shia sendiri bahwa Alkaafy ada hal-hal yang tidak bisa diterima.

Itulah beberapa hal yang minimal harus dijabarkan oleh penganut ideologi Shia. Terlalu banyak berbicara tentang pihak lain sambil menutup kitab rujukan mereka sendiri, adalah sebuah prilaku yang kurang populer. Tindakan itu jauh dari harapan para cendekiawan dan kaum muda saat ini.

Menyebut diri sebagai kritis, mempunyai tanggung jawab. Konsekuensi minimalnya adalah memenuhi kriteria kritis itu sendiri