14-10-2008

Al Qur'an Berbeda?

Inilah sebuah kesimpangsiuran yang lama terjadi. Sejak dahulu orang umum mendengar informasi bahwa ideologi Shia mempunyai Al Quran yang berbeda. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Iran pernah mengundang sejumlah masyarakat dari berbagai negara untuk berpartisipasi dalam lomba semacam MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran).

Pemerintah Iran membagikan Mushaf Al Quran cetakan Iran kepada para peserta MTQ untuk dibawa pulang ke negara masing-masing. Tujuan utamanya adalah untuk mengundang orang menyaksikan bahwa Mushaf Al Quran di Iran adalah sama seperti di belahan dunia lain.

Memang benar bahwa Mushaf dari Iran sekalipun saat ini sama dengan yang ada di tangan kaum muslimin di dunia. Tidak ada perbedaan. Sehingga orang kemudian menduga bahwa informasi tentang adanya perbedaan Al Quran adalah isu tak bertanggung jawab.

Di sinilah pangkal kesimpangsiuran tersebut. Masyarakat tidak mendapat detail informasi.

Informasi yang benar adalah bahwa ideologi Shia mempunyai keyakinan bahwa Al Quran yang ada di tangan kita saat ini adalah kurang. Berbeda dengan yang asli atau yang semestinya. Bahwa telah terjadi campurtangan manusia dalam perubahan/ kekurangan Al Quran saat ini. Istilah tersebut dikenal dengan Takhrif.

Namun mereka saat ini masih tetap memakai Mushaf Al Quran yang sama dengan yang ada sekarang. Mereka mempercayai bahwa Al Quran yang asli dan lengkap masih berada di tangan para Imam mereka. Akan dipergunakan nanti saat Imam tersebut telah muncul. Zaman dimana Imam yang dinantikan tersebut belum hadir, sementara waktu mereka mempergunakan Al Quran yang ada saat ini.

Bukti-bukti bahwa ideologi Shia mempunyai keyakinan bahwa Al Quran mengalami takhrif, sangatlah jelas. Karena jelas tersurat dalam kitab-kitab rujukan utama mereka (Alkaafy), dalam kitab tafsir Shia yang termashur (Al Qummy), dan sekian banyak kitab ulama besar Shia ( yang paling komprehensif memaparkan takhrif adalah berjudul Fashul Khithob fii Itsbat Tahrifil Kitabil Rabbil Arbaab karya Husain Muhammad Taqiyuddin an Nuri Ath Thabrusy. Ialah sebuah kitab yang komprehensif memaparkan bahwa terjadi peyimpangan (takhrif) dalam Al Quran yang periwayatannya disandarkan para Imam Shia dipaparkan disana ratusan hadis)

Kita lihat beberapa saja dari diantara sekian banyak data tentang keyakinan ideologi Shia itu langsung dari kitab rujukan utama mereka. Antara lain :

Al Kulainy menyebutkan dalam Alkaafy 1/457 — Dari Abu Bashir dari Abi Abdillah berkata: ”Sungguh kami mempunyai sebuh Mushfah yang namanya Mushfah Fathimah, tahukah anda apa mushaf Fathimah itu ? Dia berkata: Mushaf Fathimah adalah seperti tiga kali Quran kamu sekalian, demi Allah tidak ada didalamnya satu huruf pun yang tertulis dalam Quranmu (sunni)”.

Al Kulaini juga menyebutkan dalam Alkaafy 4/456, Dari Hisam ibn Salim dari Abi Abdillah berkata: ”Sesungguhnya Al Quran yang diturunkan Jibril a.s kepada Muhammad saww jumlahnya adalah 17 ribu ayat.

(Perlu kita ketahui bahwa ayat yang dalam Al Quran jumlahnya hanya enam ribuan ayat. Jadi, perbedaannya sangat jauh)

Dalam Alkaafy 4/433 juga disebutkan, Dari Muhammad ibn Salman dari sebagian sahabatnya dari Abi Hasan berkata: ”Saya berkata kepadanya: “Sesungguhnya kami mendengar ayat-ayat Al Quran yang tidak biasa kami dengar sebagaimana dalam Al Quran kami, dan kami juga tidak pandai membacanya sebagaimana kamu sekalian , apakah kami berdosa ? Dia berkata :” Tidak, akan datang nantinya orang yang akan mengajarkan”.

Dalam Alkaafy jilid 1 hal 441disebutkan :

Dari Jabir: “saya mendengar Abu Ja’far berkata: Setiap orang yg mengatakan bahwa dia telah mengumpulkan seluruh Al Qur’an adalah pembohong, tidak ada yang memiliki seluruh Al Qur’an dan menghafalnya kecuali Ali dan para imam sesudahnya”.

Jika Anda mempunyai kesempatan membaca sendiri kitab rujukan utama Shia ini (Alkaafy), Anda akan dengan mudah menjumpai banyak hadis-hadis seperti tersebut di atas.

Lihat juga dalam kitab tafsir pegangan idelogi Shia yaitu tafsir Al Qummy (karya Abul Hasan Ali ibn Ibrahim Al Qummy).

Salah satunya adalah dari tafsir Al Qummy pada jilid 1 hal 10, dia berkata: ”Diantara yang bukan firman Allah ta’ala adalah ayat “Kuntum khoiro ummah“ Berkata Abu Abdillah kepada pembaca ayat ini ‘khoiro ummah (ummat terbaik)?’ sedangkan mereka membunuh amirul mukminin dan membunuh Hasan dan Husain. Maka dikatakan kepadanya: ”Lantas bagaimana sebenarnya ayat itu diturunkan? Dia berkata: “Kuntum khoiro aimmah (kamu adalah sebaik-baik imam)” bukankah kamu tidak melihat pujian Allah yang terdapat di akhir ayat ini “ takmuruna bil makruf wa tanhauna ‘anil munkar wa tu’minuna billahi” (kalian ber amar ma’ruf dan nahi mungkar serta beriman pada Allah).

Pernyataan tokoh ulama idelogi Shia lainnya :

Berkata Abu Hasan Al Amily dalam Pendahuluan yang kedua, bagian ke-empat tafsir Miratul Anwar wa Misykatul Asrar: ”menurutku sudah sangat jelas perkataan bahwa al Quran telah diubah dan di ganti. Setelah saya meneliti, bisa saya katakan bahwa keyakinan itu merupakan dhoruriyah dalam madzha syiah. Dan bisa dikatakan bahwa tujuannya adalah untuk merampas kekholifahan”.

Ayasyi meriwayatkan dalam tafsirnya, juz 1 hal. 25 : Dari Abi Ja’far bahwasanya dia berkata: ”kalaulah tidak ada tambahan dan pengurangan dalam Kitabullah niscaya kebenaran yang kita miliki tidak akan tertutup.

Berkata Haj Karim al Kirmani yang diberi gelar Mursyidul Anam dalam bukunya “irsyadul Awam juz. 3 hal 221 dalam bahasa Parsi: ”Setelah Imam Mahdi muncul dan membacakan al Quran dia berkata: ”Wahai kaum muslimin inilah Al Quran yang sesungguhnya yang telah diturunkan kepada Muhammad dan yang telah dubah dan diganti “.

Berkata Mulla Muhammad Taqiy al Kasyani dalam buku Hidayah Ath Tholibin hal 368 dalam bahasa Parsi: ”Utsman memerintahkan kepada sahabatnya Zaid ibn Tsabit yang merupakan musuh Imam Ali supaya mengumpulkan Al Quran dan menghapus darinya ayat tentang keluarga ahlul bait.

Bukti-bukti seperti di atas adalah sebagian kecil saja. Banyak data semacam itu dalam kitab rujukan utama dan utama ideologi Shia.

Apakah ada ulama Shia yang menolak keyakinan tersebut? Jawabannya adalah : ada. Mereka adalah Abu Ja’far Ath Thusy, Abu Ali Ath Thobrusi penulis Majma’u Al Bayan, Syarif Murtadho, Abu Ja’far ibn Bawabaih (Ash Shiddiq). Mereka pernah menyatakan penolakan terhadap adanya takhrif dalam Al Quran.

Tetapi pendapat bertaraf pendapat pribadi beberapa orang, tentu tidak dapat dijadikan alasan menutupi kenyataan bahwa ideologi Shia secara resmi (dalam rujukan utama dan jumhur ulama Shia) meyakini bahwa Al Quran sekarang ini tidak asli (kurang). Apalagi jika dikaitkan dengan salah satu asas ideologi Shia yang disebut taqiyyah (berpura-pura dan meyembunyikan ideologi mereka).

Maka masyarakat meragukan penolakan dari beberapa orang ini apakah memang benar-benar menolak ataukah karena sekedar melakukan taqiyyah untuk menutupi keyakinan ideologi Shia terhadap kurangnya Al Quran?

Perkara taqiyyah antaranya bisa dibaca dalam Ushul Alkaafy (page 482) : diriwayatkan dari Ja’far Asshadiq dari Abu Umair, bahwa Abu Abdillah r.a. berkata “ Wahai Abu Umair! sembilan per sepuluh agama itu terdapat dalam taqiyyah, tidak ada agama bagi yang tidak bertaqiyyah

Sebagaimana dikatakan Husain Muhammad Taqiyuddin an Nuri Ath Thobrusy (pengarang kitab yang secara komprehensif memaparkan kekurangan-kekurangan Al Quran berjudul Fashul Khithob fii Itsbat Tahrifil Kitabil Rabbil Arbaab) :

Tidak diherankan bagi yang memperhatikan bahwa pembahasannya akan berujung pada kecenderungan memihak mereka yang mengakui bahwa Al Quran telah mengalami perubahan (takhrif)”.

Pengikut ideologi Shia mencari exit gate atau jalan keluar dari fakta dengan cara pegingkaran. Demi menutupi keyakinan mereka sendiri, mereka mengaku bahwa mereka bukan pengikut Alkulainy. Mereka mengatakan bahwa Alkulainy bukan ahli hadis.

Lalu siapakah ahli hadis Shia? apa kitab rujukan ideologi Shia?

Inilah mengapa begitu mendesak agar diadakan bedah buku Alkaafy. Masyarakat berhak mendapat informasi yang benar dan utuh mengenai ideologi Shia..